Ticker

6/recent/ticker-posts

Makam Para Bupati Bandung di Karanganyar


Jika ingin mengetahui sejarah Bandung jangan lupa ziarah ke makam para bupati kota ini. Letaknya di tengah kota, tak jauh dari Alun-alun Kota Bandung, di Jalan Karanganyar. Tepat di seberang Jalan Kepatihan terlihat gapura yang mengarahkan ke sana.

Di kompleks permakaman ini terdapat sebuah bangunan khusus. Bangunan tersebut tanpa dinding, hanya belasan pilar yang menyangga langi-langit bangunan tersebut. Catnya berwarna kuning. Tepat di atas bangunan tersebut ada tulisan yang berbunyi, “Makam Para Boepati Bandoeng”.


Di sebuah pilar bangunan tersebut ada plakat yang bertuliskan “Januari 2000 dipugar ku Yayasan Komisi Sejarah Timbanganten Bandung. Bandung 5 Januari 2000, Pengurus Yayasan KSTB.

Di bangunan ini terdapat sekitar 40 makam. Tiga di antaranya adalah makam Bupati Bandung keturunan Raden Adipati Wiranatakusumah lengkap dengan potretnya, termasuk di makam R.A Wiranatakusumah III (Dalem Karanganyar).

Makam Dalem Karanganyar menempati petak yang lebih khusus dari makam lainnya.

Makamnya berkeramik putih. Kedua nisannya bercar kuning keemasan. Di bawah nisan tersebut menempel plakat bertuliskan ukiran yang berbunyi, “RA Wiranatakoesoemah III (Dalem Karanganyar) Bupati Bandung Ka-VII, 1892-1846”.

Di bangunan ini terdapat makam orang tua Pahlawan Nasional Dewi Sartika, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanegara. Makam Dewi Sartika sendiri berada beberapa meter dari bangunan utama.

Makam Dewi Sartika berkeramik putih. Terdiri dari 4 undakan yang dilingkari rantai. Di tepi makam tersebut terdapat plakat berwarna cokelat bertuliskan warna putih yang menerangkan bahwa makam tersebut adalah makan Pahlawan Nasional Dewi Sartika.

Di kompleks permakaman ini pun terdapat makam dr. Hasan Sadikin. Hasan Sadikin adalah Direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin periode 1965-1967. Sebagai penghormatan nama Hasan Sadikin menggantikan nama rumah sakit sebelumnya, yakni RS Ranca Badak.

Hasan Sadikin wafat pada 16 Juli 1967. Menurut blog oenank.tumblr.com Hasan dimakamkan di Kompleks Permakamam Bupati Bandung-Karang Anyar karena merupakan keturunan dari Wiranata Kusumah III melalui ibunya. Hasan adalah kakak dari Ali Sadikin mantan Gubernur Jakarta.













Makam para Bupati Bandung tempo doeloe Keturunan RA. Wiranata Kusumah II dan Ibu Rd. Dewi Sartika(Jl. Karang Anyar Bandung).  Menurut berbagai sumber pembangunan Kota Bandung sepenuhnya dilakukan oleh sejumlah rakyat dibawah pimpinan Bupati R.A Wiranatakusumah II. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa Bupati R.A Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) Kota Bandung.   

Berikut adalah orang-orang yang pernah menjabat Bupati Bandung :
  1. Tumenggung Wiraangunangun (1641 – 1681): angkatan Mataram.
  2. Tumenggung Nyili (1681), tidak lama karena mengikuti Sultan Banten.
  3. Tumenggung Ardikusumah (1681 – 1704) :  angkatan Kompeni.
  4. Tumenggung Anggadireja I  (1704 – 1747)
  5. Tumenggung Anggadireja II   (1747 – 1763)
  6. R. Anggadireja III dengan gelar R.A Wiranatakusumah I (1763 – 1794)
  7. R.A Wiranatakusumah II ( 1794 – 1829) :  kolonial  Belanda.
  8. R.A Wiranatakusumah III (1829 – 1846), ayahnya NR Ayoe Radja Pamerat istri ke dua Pangeran Soegih
  9. R.A Wiranatakusumah IV (1846 – 1874)
  10. R. Adipati Kusumahdilaga (1874-1893)
  11. RAA. Martanegara (1893–1918)

Keluarga Bangsawan Timbanganten muncul sejak Dalem Pasehan menjadi Ratu di Kadaleman Timbanganten. Wilayah Kadaleman Timbanganten sekarang mencakup wilayah Kecamatan Tarogong Kaler dan Kidul, Semarang, Leles dan Kadungora (Cikembulan).

Dalem Pasehan adalah mertua Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi menikahi anaknya bernama Nyi Mas Ratna Inten Dewata. Sewaktu menjadi Raja, Dalem Pasehan menyandang gelar Sunan Permana di Putang. Di akhir hayatnya, ia kemudian menjadi pertapa dan "menghilang" (tilem) di Gunung Satria. Sebagai pengganti Ratu Intan Dewata adalah anaknya yang bernama Sunan Dayeuh Manggung yang dimakamkan di Dayeuh Manggung. 

Sunan Dayeuh Manggung wafat dan digantikan anaknya, Sunan Darma Kingkin yang makamnya di Muara Cikamiri.  Sunan Derma Kingkin sebagai Nalendra terakhir di Kerajaan Mandala di Puntang, memindahkan kerjaan dari Panembong di Kecamatan Bayongbong ke daerah Timbanganten di kaki Gunung Guntur, yang berada di Kecamatan Tarogong saat ini, hingga akhirnya berganti nama menjadi Kerajaan Timbanganten.

Setelah Sunan Darma Kingkin meninggal, maka Sunan Ranggalawe, putranya yang menggantikan dan beribukota di Korwabokan. Kemudian setelah Sunan Ranggalawe, berturut-turut yang menjadi Ratu di Timbanganten adalah Sunan Kaca (adik Ranggalawe), Sunan Tumenggung Pateon (menantu Sunan Kaca atau putra Sunan Ranggalawe), Sunan Pari (Ipar Sunan Pateon), Sunan Pangadegan (adik Sunan Pateon) yang dimakamkan di Pulau Cangkuang.

Sunan Pangadegan meninggal, maka yang menggantikan adalah Sunan Demang. Sunan Demang sendiri meninggal (dibunuh) di Mataram, dan penggantinya adalah Sunan Sanugiren (kakak Sunan Demang). Selanjutnya yang menggantikan Sunan Sanugiren, putranya Demang Wirakrama. Demang Wirakrama setelah meninggal dimakamkan di Sarsitu dan digantikan oleh putranya, Raden Demang Candradita yang dikemudian hari menjadi penghulu Bandung. Meninggal di Cikembulan dan dimakamkan di Tanjung Kuning. Kakak Raden Demang Candradita, Raden Demang Ardisutanagara menjadi Dalem di Bandung dan setelah meninggal dimakamkan di astana Tenjolaya Timbanganten.

Pengganti Demang Ardisutanagara adalah Dalem Tumenggung Anggadireja, setelah meninggal dikenal dengan sebutan Sunan Gordah, Timbenganten.

Pengganti Sunan Gordah, putranya bernama Raden Inderanagara dan bergelar Tumenggung Anggadireja, ketika meninggal dimakamkan di Astana Tarikolot Bandung. Tumenggung Anggadireja meninggal digantikan putranya, Raden Anggadireja yang bergelar Dalem Adipati Wiratanukusumah, Dalem Adipati Wiratanukusumah meninggal dan dimakamkan di pinggir mesjid Tarik Kolot Bandung. Selanjutnya sebagai pengganti adalah putranya Dalem Dipati Wiratanukusumah.

Dalem Dipati Wiratanukusuma meninggal, maka yang menggantikan Raden Naganagara (putranya) serta bergelar Dipati Wiratanukusuma, tetapi tidak lama karena ia dibunuh Kolonial Belanda. Dipati Wiratanukusuma digantikan putranya, Raden Rangga Kumetir dan bergelar Dalem Adipati. Sewaktu Dalem Adipati meninggal yang menggantikan adalah saudaranya, bernama Raden Kusumadilaga dan dikemudian hari ia bergelar Dalem Adipati Kusumadilaga Bintang.

Adapun silsilah keturunan Wiratana Kusumah Para Bupati Bandung,  dapat dituliskan sebagai berikut :

Dalem Pasehan lahir di "Mandala Puntang", adalah mertua Prabu Sribaduga Jaya Dewata (Prabu Siliwangi), Raja Pakuan Pajajaran Bogor ke-2 (1478 – 1521).


Generasi ke 1
1. Prabu Panggung Pakuan Dalem Pasehan (Permana Di Putang), Raja Timbanganten, yang meninggal di Mandala Di Putang, berputra :
1.1 Ratu Inten Dewata, dipersunting oleh Prabu Sribaduga Jaya Dewata, berputra :


Generasi ke 2
1.1 Ratu Inten Dewata, dipersunting oleh Prabu Sribaduga Jaya Dewata, berputra :
1.1.1 Santen Rama Dewa (Sunan Dayeuh Manggung), adalah orang yang pertama memeluk agama Islam, dimakamkan di Dayeuh Manggung.
1.1.2 Sunan Gordan  
1.1.3 Nyi Siti Maemunah


Generasi ke 3
1.1.1 Santen Rama Dewa (Sunan Dayeuh Manggung), menikan dengan Nyi Rd. Kurniasih berputra :
1.1.1.1  Sunan Darma Kingkin (Sunan Rama Kingkin), makamnya di Suniasugih muara sungai Cikamiri - Cihanyir Timbanganten, keterangan lain menyebutkan Sunan Darma Kingkin wafat di Cirebon dibunuh oleh utusan Mataram, jenasahnya dikebumikan dekat RSUD Garut, berputra :
1.1.1.1.2 Deden Sunata (Samadora), makamnya di Kampung Nagrag, Cipeujeuh Limbangan

1.1.2 Sunan Gordan menikahi Nyi Rd. Kartika berputra :
1.1.2.1 Sunan Rangga Lawe, dimakamkan di muara Cikamiri RSU Garut.
1.1.2.2 Sunan Patinggi
1.1.2.3 Sunan Rumenggong / Rakean Layaran Wangi, Pendiri Kerajaan Kartarahayu Galih Pakuan Limbangan.
1.1.4 Sunan Kaca (adik Ranggalawe), ditawan oleh Mataram dan dibuang ke Betawi.


Generasi ke 4
1.1.2.1 Sunan Ranggalawe, berputra :
1.1.2.1.1 Sunan Tumenggung Mataoen /  Sunan Pateon (menantu Sunan Kaca).
1.1.2.1.2 Sunan Pari (ipar Sunan Mataoen / Sunan Pateon), dimakamkan di Samarang Garut.
1.1.2.1.3 Sunan Pangadegan, dimakamkan di Pulau Cangkuang, Leles Garut.


Generasi ke 5
1.1.2.1.3 Sunan Pangadegan (Dalem Wiranatakusumah, Ratu Timbanganten 6), berputra :
1.1.2.1.3.1 Dalem Demang Aria Kusumah Wiradipoera (Sunan Sampireun), makamnya di Dayeuh Handap Samarang Garut.
1.1.2.1.3.2 Dalem Demang Jaya Kusumah Wirapati (Sunan Demang), meninggal di Mataram dan dimakamkan di belakang RSUD Garut.


Generasi ke 6
1.1.2.1.3.1 Dalem Demang Aria Kusumah Wiradipoera (Sunan Sampireun/Sanugireun), berputra :
1.1.2.1.3.1.1 Dalem Wirakrama - Timbanganten, dimakamkan di Sarsitu
1.1.2.1.3.1.2 Dalem Wirakoesoemah, dimakamkan di Timbanganten


Generasi ke 7
1.1.2.1.3.1.1 Dalem Wirakrama - Timbanganten, berputra :
1. Tmg. Ardikusumah (Rd. Ardi Wiranata), Bupati Bandung ke II  (1681-1704)
2. Demang Rd. Tjandra Dita  (Sunan Tendjolaya), yang di kemudian hari menjadi Penghulu Bandung. meninggal di Cikembulan dan dimakamkan di Tanjung Kamuning Timbanganten (Torogong).


Generasi ke 8
1. Tmg. Ardikusumah (Rd. Ardi Wiranata), Bupati Bandung ke II, 1681-1704,
berputra :
1.1 Dalem Demang Anggaredja (Dalem Gorda) / Tmg. Anggadireja I
1.2 Rd. Bradjajoeda
1.3 Rd. Brajadiraksa
1.4 Rd. Pradjadiraksa
1.5 Rd. Pradjadinata
1.6 Rd. Branadinata
1.7 Rd. Pranadinata
1.8 Nyai Rd. Soemakaraton


Generasi ke 9
2.1 Dalem Demang Anggaredja (Dalem Gordah) / Tmg. Anggadireja I, Bupati Bandung ke III (1704-1747), beristerikan Nyi Rd. Karawitan putranya Rd. Tmg Wiraangun-angun (Ki Astamanggala) Bupati Bandung I , 1641-1670, berputra :
1.1.1 Rd. Tmg. Anggadiredja II
1.1.2 Rd. Demang Naranata
1.1.3 Rd. Rangga Bradjakoesoemah
1.1.4 Rd. Rangga Djajanagara
1.1.5 Rd. Bradjamanggala
1.1.6 Rd. Poespajoeda
1.1.7 Rd. Raksadikoesoemah
1.1.8 Rd. Nataparadja
1.1.9 Rd. Lindranata
1.1.10 Rd. Soeradiredja
1.1.11 Rd. Soeradipoera
1.1.12 Nyi Rd. Banten
1.1.13 Nyi Rd. Bandjar
1.1.14 Nyi Rd. Pantjanagara
1.1.15 Nyi Rd. Mantri
1.1.16 Nyi Rd. Paradjanagara
1.1.17 Nyi Rd. Hoenon


Generasi ke 10
1.1.1 Rd. Tmg. Anggadiredja II, Bupati Bandung ke IV (1704-1747), menikah dengan Nyi Raden Nimbang Karaton, putra Rd. Hadji Amin Tjitepu dari Nyi Rd. Paradjanagara 
berputra :
1.1.1.1 Rd. Adipati Wiranatakoesoemah I, Dayeuhkolot.
1.1.1.2 Nyi Raden Nimbangmantri
1.1.1.3 Rd. Satjadiredja
1.1.1.4 Nyi. Rd. Lingga
1.1.1.5 Nyi. Rd. Ayoe
1.1.1.6 Nyi. Rd. Tani
1.1.1.7 Nyi. Rd. Burej
1.1.1.8 Nyi. Rd. Oepi, bersuamikan Ke Sultan Kanoman Cirebon
1.1.1.9 Nyi. Rd. Bandjarnagara
1.1.1.10 Nyi Rd. Radjakaraton
1.1.1.11 Nyi Rd. Radjamariam
1.1.1.12 Nyi Rd. Bandanagara


Generasi ke 11
1.1.1.1 Tmg. Anggadireja III, RAA. Wiranatakoesoemah I, Bupati Bandung ke V (1763-1794), menikah dengan Nyi Raden Ayu Ratna Wulan, berputra :
1.1.1.1.1 Rd. Adipati Wiranatakoesoemah II (Dalem Kaum)
1.1.1.1.2 Rd. Indranagara
1.1.1.1.3 Rd. Wangsanaga
1.1.1.1.4 Rd. Nataparadja
1.1.1.1.5 Rd. Wiriadiredja
1.1.1.1.6 Rd. Djahadir
1.1.1.1.7 Rd. Wirakoesoemah
1.1.1.1.8 Nyi Rd. Bomanagara
1.1.1.1.9 Nyi Rd. Mantri
1.1.1.1.10 Nyi Rd. Djinah
1.1.1.1.11 Nyi Rd. Banten
1.1.1.1.12 Nyi Rd. Bandjarnagara
1.1.1.1.13 Nyi Rd. Empan
1.1.1.1.14 Nyi Rd. Doerias
2.1.1.1.15 Nyi Rd. Radjainten
2.1.1.1.16 Nyi Rd. Radjamirah
2.1.1.1.17 Nyi Rd. Melar


Generasi ke 12
2.1.1.1.1  Rd. Adipati Wiranatakoesoemah II / Dalem Kaum (1794 – 1829), Bupati Bandung masa kolonial Belanda, dalam tahun 1809, pindah ke Bogor, tahun 1813 pindah lagi ke Bandung sekarang (Dalem Kaum), menikah dengan Nyi Rd. Kendran, putra Tumenggung Rangga Ardikoesoemah Bupati Batulayang (Gajah), berputra :
2.1.1.1.1.1 R. Aria Wiranatakoesoemah III (Dalem Karanganyar)
2.1.1.1.1.2 Nyi Rd. Galoeh (dari istri yang lain)
2.1.1.1.1 .3 Rd. Indranagara
2.1.1.1.1 .4 Rd. Nataparadja
2.1.1.1.1 .5 Nyi Rd. Pantanagara
2.1.1.1.1.6 Nyi Rd. Patimah
2.1.1.1.1.7 Nyi Rd. Bomakaraton
2.1.1.1.1.8 Nyi Rd. Ardji
2.1.1.1.1.9 Nyi Rd. Emen Meden
2.1.1.1.1.10 Nyi Rd. Empit


Generasi ke 13
1.1.1.1.1.1 R. Aria Wiranatakoesoemah III / Dalem Karang Anyar  (1829-1846), beristeri :
x Nyi Rd. Empoeh Diyol, berputra :
1.1.1.1.1.1.1 Nyi Rd. Radjapomerat
1.1.1.1.1.1.2 Rd. Djajanagara (Haji Toat)
1.1.1.1.1.1.3 Nyi Rd. Moelyanagara
1.1.1.1.1.1.4 Rd. Rangga Kartanagara / Raden Suria Kartadiningrat (Rd. Adipati Aria Wiranatakoesoemah IV)
1.1.1.1.1.1.5 Rd. Kartanagara
1.1.1.1.1.1.6 Rd. Wiradikoesoemah
1.1.1.1.1.1.7 Rd. Sastranagara
1.1.1.1.1.1.8 Rd. Koesoemaningrat
1.1.1.1.1.1.9 Rd. A Adp Koesoemahdilaga
1.1.1.1.1.1.10 Nyi Rd. Radjamariam
1.1.1.1.1.1.11 Nyi Rd. Siti Ningroem
1.1.1.1.1.1.12 Nyi Rd. Lasminingroem
1.1.1.1.1.1.13 Rd. Tedjanagara
1.1.1.1.1.1.14 Rd. Adilaga
1.1.1.1.1.1.15 Nyi Rd. Koesoemaningrum
1.1.1.1.1.1.16 Rd. Indrakoesoemah
1.1.1.1.1.1.17 Nyi Rd. Poeri
1.1.1.1.1.1.18 Nyi Rd. Radjaningrat
1.1.1.1.1.1.19 Nyi Rd. Radjamirah

x Nyi Embeh, berputra, berputra :
1.1.1.1.1.1.20 Nyi Rd. Rajapermas
1.1.1.1.1.1.21 Rd. Rangga Anggadiredja

x Nyi Rd. Ratnanagara, putra Rd. Noerhasan (turunan Torogong Garut Dalem Santakoesoemah), berputra :
1.1.1.1.1.1.22 Rd. Sewoenagara


Sekilas Ulasan Sejarah Kota Bandung
Secara historis, nama Bandung mulai dikenal sejak berdirinya pemerintahan Kabupaten Bandung sekitar abad ke 17. Sebelum Kabupaten Bandung berdiri wilayah ini disebut ”Tatar Ukur” yang wilayahnya mencakup sebagian besar Jawa Barat di bawah dominasi kerajaan Pajajaran.  Sekitar Tahun 1579/1580 Kerajaan Sunda Pajajaran runtuh akibat gerakan pasukan Banten dalam usaha menyebarkan Islam di daerah Jawa Barat. Setelah Pajajaran runtuh maka Tatar Ukur menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang yang diperintah oleh Prabu Geusan Ulun (1580-1608).

Tahun 1620 Kerajaan Sumedang Larang menjadi wilayah kekuasaan Mataram di bawah Sultan Agung.  Tahun 1628 Sultan Agung memerintahkan Dipati Ukur ( Bupati Wedana Priangan) untuk membantu pasukan Mataram menyerang Kompeni di Batavia. Dipati Ukur gagal melaksanakan tugas ini dan akhirnya ia melakukan pemberontakan terhadap Sultan Agung.

Tahun 1632 Sultan Agung dapat memadamkan pemberontakan Dipati Ukur setelah mendapat bantuan dari 3 orang dari Priangan.  Atas jasa-jasanya turut menumpas pemberontakan Dipati Ukur maka ketiga orang tersebut  oleh Sultan Agung diangkat menjadi Kepala Daerah, yaitu: Ki Astamanggala diangkat menjadi Bupati Bandung dengan gelar Tumenggung Wiraangunangun, Tanubaya menjadi Bupati Parakanmuncang, dan Ngabehi Wirawangsa menjadi Bupati Sukapura. Ketiga orang ini dilantik berdasarkan Piagam Sultan Agung pada ping songo tahun Alif bulan Muharan  atau  bertepatan dengan hari Sabtu tanggal 20 April Tahun 1641.

Kabupaten Bandung berada di bawah pengaruh Mataram sampai akhir tahun 1677 M, karena setelah itu Bandung dibawah kekuasaan Kompeni Belanda (1677 - 1799 M). Hingga berakhirnya kekuasaan Kompeni-VOC tahun 1799, Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (Dayeuh Kolot).  Setelah kekuasaan Kompeni berakhir, kekuasaan di Nusantara diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan Gubernur Jendralnya yang pertama yaitu  Herman Willem Daendels (1808 - 1811 M).

Menurut naskah Sajarah Bandung, pada tahun 1809 M Bupati Bandung Wiranata Kusumah II beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Karapyak (Dayeuh Kolot) ke daerah sebelah utara Kota Bandung.  Salah satu alasan kepindahannya yaitu wilayah Karapyak sering dilanda banjir Citarum. Semula Bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir. Ketika Daendels meresmikan pembangunan jembatan Cikapundung di Jl. Asia afrika sekarang, Bupati Bandungpun berada di sana. Daendels beserta Bupati berjalan ke arah timur sampai di suatu tempat (depan kantor Dinas P.U Jl. Asia Afrika sekarang). 

Di tempat itu Daendels menancapkan tongkatnya sambil berkata :”Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun ). Sebagai tindak lanjut ucapannya Daendels mengeluarkan surat tertanggal 25 Mei 1810 yang isinya memerintahkan Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten masing-masing ke dekat Jalan Raya Pos.

Pindahnya Kabupaten Bandung ke Bandung bersamaan dengan pengangkatan Raden Soeria menjadi Patih Parakanmuncang. Kedua momentum tersebut dikukuhkan dengan besluit (SK) tanggal 25 September 1810. Maka tanggal ini secara yuridis formal ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Bandung. Tahun 1906 kota Bandung sebagai ibukota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gemeente (kotapraja) yang berpemerintahan otonom.

Maka sejak itu pemerintahan Kabupaten Bandung terpisah dengan pemerintahan Gemeente Bandung (Kotapraja Bandung). Ketetapan itu semakin memperkuat fungsi Kota bandung sebagai pusat pemerintahan, terutama pemerintahan kolonial Belanda di Kota Bandung. Semula Gemeente Bandung dipimpin oleh Asisten Residen Priangan selaku Ketua Dewan Kota, tetapi sejak tahun 1933 Gemeente dipimpin oleh burgemeester (Walikota).


Ditulis Oleh :
Dedi Endang Kusmayadi Somaatmadja, Kamatren Sejarah Keraton Sumedang Larang, SK No, 001 / SK MHPTH / KSL / VII / 2019.


Posting Komentar

14 Komentar

  1. Sampurasun ... Hatur nuhun parantos nulis sajarah anu sae kanggo nyaangkeun obor anu pareum keur generasi muda, abdi ti katurunan Raden Aria Angganegara putra Wiranatakusumah III ti Isti kahiji Nyi Raden Ayu Radjamantri

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum sampurasun

    Boleh bertanya ga admin...cuma pingin tau dan memperjelas kalo Raden Karta Sasmita itu masuk ke sisilah mana yah yang mempunya anak mama Karta Sasmita dan Masduki....ada yang tau kah ?

    BalasHapus
  3. Abdi gaduh uyut Mun te lepat Raden wirabumi teras aki mah jelas Raden diradinata punten manawi Aya NU uninga rerehan timana pun uyut sareng pun aki teh hatur nuhun pisan wa salalualaikum warohmatullohi wabarokatuh

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah,sejarah merupakan cermin kita untuk melangkah ke depan.

    BalasHapus
  5. Banyak komentar menanyakan leluhurnya, saya generasi ke 13 R.Anggaredja, generasi ke 7 nya, R. Anggadikusuma, generasi ke 9 R. Suriamihardja, dan saya generasi ke 13.. saya masih menyimpan kitab silsilah keluarga lengkap mulai dr prabu siliwangi dgn radja inten Dewata sampai turunannya ke 23 yaitu anak saya.
    Silahkan yg mau tau silsilah, maaf admin, kita semua saudara sedarah.. pernikahan satu keturunan sdh menjadi tradisi dlm keluarga prabu siliwangi.
    Izin kpd admin yg jg saudara saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mau tau silsilahnya boleh...

      Hapus
    2. Saya juga mau tau silsilahnya kang saya juga keturunan dari dalem wirakrama sesuai dari buku silsilah keluarga.

      Hapus
    3. Saya juga punya silsilah otentik dari kakek 081932254055

      Hapus
  6. RD.SASTRA WISASTRA & NY.RD.SITI.I.MARSITI
    Itu Buyutnya Bapa Saya..Tolong Dong Itu Keturunan Siapa

    BalasHapus
  7. Tumenggung ardikusumah ke anggadireja ke Demang naranata kebawahnya saya punya silsilahnya dari komisi sejarah kabupaten bandung

    BalasHapus