Ticker

6/recent/ticker-posts

Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih)

Pangeran Kusumahdinata I yang bernama asli Raden Sholih bin Maulana Muhammad (Pangeran Pamelekaran) dikenal juga  Ki Gedeng Sumedang atau Pangeran Santri  1530-1578 adalah Penerus Kerajaan Sumedang Larang setelah menikah dengan Ratu Pucuk Umun. 

Pangeran Santri adalah putrana Pangeran Muhamad (makamnya di Desa Margatapa Kecamatan Majalengka Kulon Kabupaten Majalengka) dan Pangeran Muhamad putra dari Pangeran Panjunan Cirebon (Makamnya di Dalam Kompleks Makam Sunan Gunung Jati)








Ratu Pucuk Umun adalah seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang yang merupakan seorang Sunda muslimah, dari pernikahannya Pangeran Santri (1505-1579 M) bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut dan dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya.

Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibukota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya. Setelah Prabu Gajah Agung menjadi raja maka kerajaan dipindahkan ke Ciguling. Ia dimakamkan di Cicanting Kecamatan Darmaraja. Ia mempunyai dua orang putra, pertama Ratu Istri Rajamantri, menikah dengan Prabu Siliwangi dan mengikuti suaminya pindah ke Pakuan Pajajaran. Kedua Sunan Guling, yang melanjutkan menjadi raja di Kerajaan Sumedang Larang.

Setelah Sunan Guling meninggal kemudian dilanjutkan oleh putra tunggalnya yaitu Sunan Tuakan. Setelah itu kerajaan dipimpin oleh putrinya yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan. Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai suami yaitu Sunan Corenda, putra Sunan Parung, cucu Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja). Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai seorang putri bernama Nyi Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578), yang setelah ia meninggal menggantikannya menjadi ratu dengan gelar Ratu Pucuk Umun. Ratu Pucuk Umun saudara Ratu Sunyalarang Istri Prabu Pucuk Umum ibu dari Prabu Haur Kuning dan Sunan Wanaperih

Ratu Pucuk Umun menikah dengan Pangeran Kusumahdinata, putra Pangeran Pamelekaran. Pangeran Kusumahdinata lebih dikenal dengan julukan Pangeran Santri karena asalnya yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat alim. Dengan pernikahan tersebut berakhirlah masa kerajaan Hindu di Sumedang Larang. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.

Pangeran Santri putra Pangeran Pamelekaran atau cucu Syekh Maulana Abdurahman atau Pangeran Panjunan dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah. Pangeran Santri menikah dengan Ratu Pucuk Umun dikaruniai putra enam orang anak, yaitu :

Putra-putri Pangeran Santri :
1. Pangeran Angkawijaya (yang tekenal dengan gelar Prabu Geusan Ulun)
2. Kiyai Rangga Haji, yang mengalahkan Aria Kuda Panjalu ti Narimbang, supaya memeluk agama Islam.
3. Kiyai Demang Watang di Walakung.
4. Santowaan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden dan Pamanukan, Subang.
5. Santowaan Cikeruh.
6. Santowaan Awiluar.





Makam Pangeran Santri (Raden Sholih) dan Istrinya Ratu Pucuk Umun dimakamkan di Gunung Ciung Pasarean Gede di Kota Sumedang.




Silsilah Pangeran Santri (Raden Sholih)
Berdasarkan Naskah kuno Negarakertabumi (tahun 1645M), yang ditulis oleh R. Wangsakerta:
1. Nabi Muhammad SAW
2. Sayyidah Fatimah Az-Zahra / Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah
3. Sayyid Husain Asy-Syahid
4. Sayyid 'Ali Zainal 'Abidin
5. Sayyid Muhammad al-Baqir
6. Sayyid Ja'far ash-Shadiq
7. Sayyid Ali Al-Uraidhi
8. Sayyid Muhammad An-Naqib
9. Sayyid 'Isa Naqib Ar-Rumi
10. Sayyid Ahmad al-Muhajir
11. Sayyid Al-Imam 'Ubaidillah
12. Sayyid Alawi Awwal
13. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah
14. Sayyid Alawi Ats-Tsani
15. Sayyid Ali Kholi' Qosim
16. Sayyid Muhammad Sohib Mirbath
17. Sayyid Alawi Ammil Faqih
18. Sayyid Amir 'Abdul Malik Al-Muhajir Azmatkhan
19. Abdullah Azmatkhan
20. Syekh Abdul Qodir Kaelani
21. Syekh Datuk Isa
22. Syekh Datuk Ahmad
23. Syekh Datuk Kahfi
24. Pangeran Panjunan Cirebon (Sayyid Maulana Abdurrahman)
25. Pangeran Palakaran (Pamelakaran) / Maulana Muhammad
26. Pangeran Santri/Raden Sholih (Ki Gedeng Sumedang / Pangeran Kusumahdinata 1)
27. Prabu Geusan Ulun
Jikalau melihat silsilah / dzuriat / nasab ini pangeran Santri adalah seorang ulama thooriqoh / tarekah pada jamannya.



Keturunan Prabu Purbasora
Ratu Komara (Dewi Komalasari) putra prabu Purbasura, dari suaminya Aria Bimaraksa bin Jantaka berputra, :
1. Prabu Guru Aji Putih menikah dengan Dewi Nawang Wulan (Ratna Inten), berputra :
1.1. Prabu Tajimalela / Batara Kusuma (Prabu Agung Resi Cakrabuana)
1.2. Jagat Buana / Langlangbuana
1.3. Haris Darma
1.4. Sakawayana / Aji Saka

2. Prabu Tajimalela / Batara Kusuma (Prabu Agung Resi Cakrabuana), berputra :
2.1. Prabu Lembu Agung / Jayabrata / Batara Sakti (Prabu Lembu Peteng Aji), Raja Tembong Agung (Mp. 778-893)
2.2. Prabu Gajah Agung / Atmabrata, Raja Sumedang Larang Ke (Mp. 893-998)
2.3. Sunan Ulun / Mariana Jaya / Batara Dikusuma ke Limbangan Garut.

3. Prabu Gajah Agung / Atmabrata gelar: 893 - 998, Sumedang Larang, Prabu Sumedang Larang Ke 3, berputra :

4. Prabu Pagulingan / Sunan Guling (Jagabaya) Raja Sumedang Larang (Mp. 998-1114), berputra :

5. Sunan Guling / Mertalaya, Raja Sumedang Larang Ke (Mp. 1114 - 1237), berputra :
5.1. Sunan Tuakan / Tirtakusuma gelar: Sumedang Larang, Raja Sumedang Larang (Mp. 1237 – 1462).
5.2. Jayadinata (Sumedang Larang)
3.3. Kusuma Jayadiningrat (Sumedang larang)
6. Sunan Tuakan / Tirtakusuma, Raja Sumedang Larang (Mp. 1237 – 1462 M), menikah dengan Ratu Nurcahya putra dari Surya Jaya Kusuma dan Pupspita Kencana (asal Limbangan), berputra :
6.1. Ratu Raja Mantri(Ratnawati) ditikah oleh Prabu Jaya Dewata Istri ke 4.
6.2. Sari Kencana ditikah oleh Prabu Limansenjaya dari Limbangan Garut.
6.3. Nyai Mas Patuakan / Ratu Sintawati, Sumedang Larang, Ratu Sumedang Larang (Mp. 1462-1530) ditikah oleh Sunan Corenda. berputra :


7. Ratu Pucuk Umum / Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Pangeran Istri) menikah dengan Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih) putra dari Pangeran Muhammad bin Pelakaran dari Nyi Armillah  Nyi Armilah,  Raja  Sumedang Larang (Mp, 1530 - 1578) berputra :
7.1. Prabu Geusan Ulun / Pangeran Kusumadinata II / Pangeran Angkawijaya  Raja Sumedang Larang ke 9 (19 Juli 1556 - 1610)
7.2. Demang Rangga Hadji 
7.3. Kiyai Demang Watang 
7.4. Santowaan Wirakusumah 
7.5. Santowaan Cikeruh 
7.6. Santowaan Awiluar 


Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Nyi Mas Ratu Pucuk Umun)
Pusat Kerajaan Sumedanglarang ditetapkan di Kutamaya yang terletak di kawasan Sumedanglarang. Istana Kerajaan dibangun dari bahan baku serba kayu, menggunakan arsitek model Sunda dengan menghadap ke alun-alun Mayadatar. Simbol cita-cita Ratu Pucuk Umun dinukilkan dalam monument Kuta yang dibuat dari tanah dalam bentuk bulat dan membujur ke arah langit.

Kehadiran Pangeran Santri (Raden Solih bin Pangeran Muhammad bin Pangeran Panjunan Cirebon) menjadi pendamping Ratu Pucuk Umun mendorong terhadap perkembangan kerajaan. Sentuhan-sentuhan Islam lebih berdenyut bahkan secara bertahap Islam berkembang dikalangan rakyat. Kemudian Pangeran Santri yang memusatkan perhatian kepada gerakan syiar Islam mendirikan sarana ibadah di lingkungan karaton. Sehingga menambah wawasan dan memperkuat keyakinan agama dikalangan keluarga raja.

Selain itu pengaruh Pangeran Santri mendorong terhadap hubungan Sumedanglarang dengan Cirebon baik dalam segi hubungan keagamaan, sosial politik dan ekonomi, termasuk hubungan seni budaya. Pendekatan seni budaya telah menunjukkan munculnya kegiatan seni yang bernafaskan Islam.seperti seni rebana, terebang yang dikenal oleh masyarakat pada saat itu seni sholawat. Demikian juga dalam upacara-upacara ritual tak lepas dari nuansa keislaman bahkan tradisi upacara pengantin diwarnai oleh khataman, yaitu seni membaca Al Qur’an dilakukan secara bergantian dan serempak, disajikan setelah peresmian pernikahan.

Sentuhan seni budaya Cirebon tampak dalam arsitek sarana ibadah, lukisan dinding, bentuk kendaraan tradisional termasuk bangunan-bangunan pesantren. Sejak itu pulalah rakyat Sumedang mulai mengenal kain batik Cirebon.

Perkembangan baca tulis turut memacu perkembangan sosial kemasyarakatan, sehingga babon-babon jenis wawacan sastra lisan disalin kedalam huruf Arab Gundul (Pegon). Perkembangan tersebut membawa Kerajaan Sumedang Larang kedalam percaturan yang lebih luas, sehingga dikenal oleh kalangan Raja-raja di pulau Jawa.

Batas wilayah kekuasaan Sumedanglarang meliputi batas barat deretan pegunungan Manglayang yang memisahkan Sumedang Larang dengan Sukapura (Bandung dahulu), batas utara daerah Ujungjaya, batas timur kali Cilutung dan batas selatan deretan Pegunungan Cakrabuana meliputi daerah Limbangan Garut.

Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Ratu Pucuk Umum),  mempunyai putra :
1. Pangeran Angkawijaya,
2. Demang Rangga,
3. Demang Watang,
4. Santoan Tjikeruh.

Dari sejak kecil diajari ilmu kepemimpinan dan ajaran Islam. Setelah Pangeran Angkawijaya Dewasa, ada tanda-tanda Ratu Pucuk Umum menyerahkan tahta kekuasaannya kepada Pangeran Angkawijaya, akan tetapi belum cukup usia.

Menjelang tahun 1578, tersiar berita dari para juru telik sandi yang mengkabarkan bahwa Keraton Pajajaran diserbu pasukan Surasowan Banten yang didukung oleh tentara Islam Cirebon. Tahta Nobat Sriwacana diboyong ke Surasowan Banten. Prabu Siliwangi Ragamulya atau Prabu Suryakencana berada dalam kejaran Pangalima Perang Surasowan bernama Ki Jungju, kemudian bersembunyi di hutan Pulo Sari. Sedangkan Keraton Pajajaran dibakar habis.

Di ujung tahun tersebut, Ratu Pucuk Umun, kedatangan empat Kandaga Lante Pajajaran (Umbul), bernama :
1. Jaya Prakosa (Sanghyang Hawu),
2. Dipati Wirajaya,
3. Prabu Pancarbuana,
4. Sanghiyang Kondang Hapa.

Ke-empat Kandaga Lante sengaja datang atas perintah Prabu Siliwangi Ragamulya untuk menyampaikan Mahkota Binokasih yang terbuat dari emas murni sebagai lambang kebesaran raja-raja Pajajaran. Penyerahan Mahkota tersebut sebagai tanda bahwa Sumedanglarang adalah penerus Kerajaan Pajajaran. Setelah itu ke Empat Kandaga Lante menyatakan diri untuk mengabdi (Geusan ulun kumawula) kepada Sumedang Larang. Mengangkat Prabu Jayaperkasa sebagai Patih Agung Sumedanglarang, ketiga Kandaga Lante lainnya ditetapkan sebagai pembantu tugas-tugas Jaya Prokasa, dengan pangkat Senopati atau Panglima Perang.

Semula Ratu Pucuk Umun ragu-ragu menerima Mahkota itu, oleh karena yang berhak melanjutkan Kerajaan Sumedang Larang adalah Pangeran Angkawijaya, yang saat itu usianya kurang lebih 20 tahun, artinya belum cukup usia untuk diangkat menjadi raja. Aturan kerajaan adalah usia 22 tahun baru memenuhi syarat jadi raja. Untuk mencukupi usia tersebut harus menunggu dua tahun lagi. Selama itu Ratu Pucuk Umun memerintahkan agar Pangeran Angkawijaya berguru ilmu kepemimpinan dan ilmu Islam ke negeri Demak.

Pangeran Angkawijaya yang dikenal taat kepada perintah, meninggalkan Keraton Kutamaya dengan mendapat pengawalan  Jaya Prakosa. Perjalanan melintasi jalur Selatan pulau Jawa, akhirnya tiba di negeri Demak. Disitulah Pangeran Angkawijaya mendapat bimbingan kepemimpinan dan keulamaan. Disitu pulalah terjadinya pertemuan dengan Ratu Harisbaya, salah satu putri cantik jelita keturunan Pajang Madura yang sama-sama berguru atau berpesantren. Pertemuan pertama melarutkan perasaan yang sedemikian dalam. Sentuhan hati menjalin kasih sayang kedua insan adam itu terhapuskan oleh waktu dan keadaan. Oleh karena Ratu Harisbaya dipanggil ke Madura untuk dinikahkan dengan Panembahan Girilaya Cirebon, yang usianya jauh lebih tua. Mau tidak mau Pangeran Angkawijaya menerima kekcewaan yang demikian berat. Kemudian beliau memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya.

Setibanya di Kutamaya, sikap Pangeran Angkawijaya mengusik perasaan ibunya, rupanya ia peka menyimak gelagat yang terjadi pada Pangeran Angkawijaya. Persoalan Harisbaya yang membuat putra mahkota banyak berdiam diri.

Kebekuan cinta dan kasih sayang mulai mencair setelah Ratu Inten Dewata sudah mencalonkan permaisuri putranya, tidak lain adalah Nyi Mas Cukang Gedeng Waru salah seorang putra Sunan Arya Pada putra dari Sribaduga Pajajaran Prabu Siliwangi yang menikah Ratu Istri Raja Mantri Ratu Sumedang Larang.
Perkawinan dilaksanakan dan dimeriahkan oleh upacara adat pengantin Kasumedangan, kedua mempelai di arak diatas Kereta Nagapaksi dan disemarakkan oleh Kesenian Rebana.

Kemudian Sunan Tuakan digantikan oleh putrinya yang kedua yang bernama Ratu Sintawati alias Nyai Mas Patuakan (1462 – 1530 M) sebagai raja Sumedang Larang ketujuh, Ratu Sintawati menikah dengan Sunan Corenda raja Talaga putera Ratu Simbar Kancana dari Kusumalaya putra Dewa Niskala penguasa Galuh. Dari Ratu Sintawati dan Sunan Corenda mempunyai putri bernama Satyasih atau dikenal sebagai Ratu Inten Dewata setelah menjadi penguasa Sumedang yang kedelapan bergelar Ratu Pucuk Umum (1530 – 1578 M).

Pada masa Ratu Sintawati agama Islam mulai menyebar di Sumedang pada tahun 1529 M. Agama Islam disebarkan oleh Maulana Muhammad alias Pangeran Palakaran putera Maulana Abdurahman alias Pangeran Panjunan. Pangeran Palakaran menikah dengan Nyi Armilah seorang puteri Sindangkasih Majalengka dan hasil pernikahan tersebut pada tanggal 6 bagian gelap bulan jesta tahun 1427 saka (+ 29 Mei 1505 M) lahirlah seorang putra bernama Rd. Solih atau Ki Gedeng Sumedang alias Pangeran Santri. Kemudian Pangeran Santri menikah dengan Ratu Pucuk Umum, yang akhirnya Pangeran Santri menggantikan Ratu Pucuk Umum sebagai penguasa Sumedang, Pangeran Santri dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Pangeran Kusumadinata I pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 saka (+ 21 Oktober 1530 M), Pangeran Santri merupakan murid Sunan Gunung Jati.

Pangeran Santri merupakan penguasa Sumedang pertama yang menganut agama Islam dan berkedudukan di Kutamaya Padasuka sebagai Ibukota Sumedang Larang yang baru, sampai sekarang di sekitar situs Kutamaya dapat dilihat batu bekas fondasi tajug keraton Kutamaya. Pada tanggal 3 bagian terang bulan srawana tahun 1480 saka (+ 19 Juli 1558 M) lahirlah Pangeran Angkawijaya yang kelak bergelar Prabu Geusan Ulun putera dari Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umum. Pada masa pemerintahan Pangeran Santri kekuasaan Pajajaran sudah menurun di beberapa daerah termasuk Sumedang dan pada tanggal 11 Suklapaksa bulan Wesaka 1501 Sakakala atau tanggal 8 Mei 1579 M Pajajaran “Sirna ing bumi” Ibukota Padjajaran jatuh ke tangan pasukan Kesultanan Surasowan Banten. 

Pada tahun 1578 tepatnya pada hari Jum’at legi tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di Keraton Kutamaya Sumedang Larang Pangeran Santri menerima empat Kandaga Lante yang dipimpin oleh Sanghiang Hawu atau Jaya Perkosa, Batara Dipati Wiradidjaya (Nganganan), Sangiang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana Terong Peot membawa pusaka Pajajaran dan alas parabon untuk di serahkan kepada penguasa Sumedang Larang dan pada masa itu pula Pangeran Angkawijaya / Pangeran Kusumadinata II dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun (1578 – 1610), sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda dan mewarisi daerah bekas wilayah Pajajaran, sebagaimana dikemukakan dalam Pustaka Kertabhumi I/2 (h. 69) yang berbunyi; “Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirnz, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedangmandala” (Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahiyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang), selanjutnya diberitakan “Rakyan Samanteng Parahyangan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan Ulun” (Para penguasa lain di Parahiyangan merestui Pangeran Geusan Ulun). 

“Anyakrawartti” biasanya digunakan kepada pemerintahan seorang raja yang merdeka dan cukup luas kekuasaannya. Dalam hal ini istilah “nyakrawartti” maupun “samanta” sebagai bawahan, cukup layak dikenakan kepada Prabu Geusan Ulun, hal ini terlihat dari luas daerah yang dikuasainya, dengan wilayahnya meliputi seluruh Padjajaran sesudah 1527 masa Prabu Prabu Surawisesa dengan batas meliputi; Sungai Cipamali (daerah Brebes sekarang) di sebelah timur, Sungai Cisadane di sebelah barat, Samudra Hindia sebelah Selatan dan Laut Jawa sebelah utara. Daerah yang tidak termasuk wilayah Sumedang Larang yaitu Kesultanan Banten, Jayakarta dan Kesultanan Cirebon. Dilihat dari luas wilayah kekuasaannya, wilayah Sumedang Larang dulu hampir sama dengan wilayah Jawa Barat sekarang tidak termasuk wilayah Banten dan Jakarta kecuali wilayah Cirebon sekarang menjadi bagian Jawa Barat.

9. Prabu Prabu Geusan Ulun / Pangeran Kusumadinata II / Pangeran Angkawijaya  Raja Sumedang Larang ke 9 (Mp 1578 - 1610) 
Dari Isteri Ke 1 ♀ Nyi Mas Cukang Gedeng Waru bin Sunan Arya Pada (Prabu Seda), beputra :
1. Pangeran Rangga Gede / Kusumadinata IV 
2. Raden Aria Wirareja I 
3. Kiyai Kadu Rangga Gede 
4. Kiyai Rangga Patra Kelana / Kalasa / Pangeran Rangga Permana 
5. Kyai Aria Rangga Pati 
6. Kyai Ngabehi Watang 
7. Nyi Mas Demang Cipaku 
8. Nyi Mas Ngabehi Martayuda 
9. Nyi Mas Rangga Wiratama 
10. Nyi Mas Rangga Pamade 
11. Nyi Mas Dipati Oekoer 

Dari Isteri Ke 2  Harisbaya, berputra :
1. Pangeran Rangga Gempol I / Kusumadinata III / Pangeran Aria Soeriadiwangsa 
2. Pangeran Tumenggung Tegalkalong 

Dari Isteri ke 3 Nyi Mas Pasarean, berputra : 
1. Kiyai Demang Cipaku 

Menurut Sejarah Limbangan, kelak keturunan Pangeran Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun (Raja Sumedanglarang 1578 – 1601 M) secara turun temurun menjadi para Bupati Sumedang kecuali 1 (anak tiri), 11, 12 dan 13, yaitu  :
1.  Pangeran Aria Suriadiwangsa/Pangeran Rangga Gempol I (1601 – 1625 M). Anak Tiri Prabu Geusan Ulun dari Ratu Harisbaya. Beliau adalah putra dari Panembahan Ratu (Sultan Cirebon). *)
2.  Pangeran Rangga Gede (1625 – 1633 M) Putra Prabu Geusan Ulun
3.  Raden Bagus Weruh Kusumadinata/Pangeran Rangga Gempol II (1633 – 1656 M)
4.  Pangeran Rangga Gempol III/Pangeran Panembahan (1656 – 1705 M)
5.  Dalem Adipati Tanumaja (1705 – 1709 M) mertua Dalem Wangsadita I (Bupati Limbangan 3 1740 – 1744 M).
6.  Pangeran Kusumadinata/Pangeran Karuhun (1709 – 1744 M)
7.  Dalem Istri Rajaningrat (1744 – 1759 M) isteri saudara sepupunya Dalem Surianagara I (putra Dalem Wangsadita I Bupati Limbangan 3).
8.  Dalem Adipati Kusumadinata/Dalem Anom (1759 – 1761 M) Putra 7.
9.  Dalem Adipati Surianagara II (1761 – 1765) Putra 7.
10. Dalem Adipati Surialaga I/Dalem Panungtung (1765 – 1773 M) Putra 7.
11. Dalem Adipati Tanubaya (1773 – 1775 M) asal Parakanmuncang.
12. Dalem Adipati Patrakusumah (1776 – 1789 M) menantu 11.
13. Dalem Aria Sacapati (1789 – 1791 M).
14. Rd. Jamu/Pangeran Kusumadinata/Pangeran Kornel (1791 – 1828 M) Putra 9.
15. Dalem Adipati Kusumahyuda I /Dalem Ageung (1828 – 1833 M)
16. Dalem Adipati Kusumahdinata/Dalem Alit (1833 – 1834 M) putra Dalem Adipati Adiwijaya (Bupati Limbangan Garut 1813 – 1833 M).
17. Rd. Tumenggung Suriadilaga/Dalem Sindangraja (1834 – 1836 M)
18. Rd. Somanagara/Pangeran Suriakusumah Adinata/Pangeran Sugih (1836 – 1882 M) putra 15.
19. Pangeran Aria Suriaatmaja/Pangeran Mekah (1882 – 1919 M)
20. dst.
*)Pangeran Rangga Gempol I (Rd. Aria Suradiwangsa) adalah mertua Pangeran Kusumadiningrat leluhur Dalem Wirawangsa (Bupati Sukapura). Adapun Nyi Rd. Rajanagara, kakaknya Pangeran Karuhun/Kusumadinata putra Dalem Tanumaja menikah dengan Dalem Wangsadita I (Bupati Limbangan 3 1740 -1744 M) mempunyai putra Dalem Surianagara I (yang menurunkan para Bupati Sumedang sebagaimana tsb. di atas), Wangsadita II dan saudara-saudara yang menurunkan para Bupati Limbangan)

Prabu Geusan Ulun memiliki tiga orang istri: yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Waru, putri Sunan Pada; yang kedua Ratu Harisbaya dari Cirebon, dan yang ketiga Nyi Mas Pasarean. Dari ketiga istrinya tersebut ia memiliki dua puluh orang anak :

Isteri ke 1 : Ratoe NM. Gedeng Waru, anak Sunan Pada (*)
1. Pangeran Rangga Gede KOESOEMADINATA, IV (*)
2. Rd. Aria Wiraradja I (keterangan lain menurut babad Banten dan Cirebon Rd. Aria Wiraradja 1 adalah anak dari Ratu Harisbaya)
3. Kiai Kadoe Rangga Gede
4. Kiai Rangga Patra Kelana
5. Kiai Aria Rangga Pati
6. Kiai Ngb. Watang
7. NM. Ngb. Martajoeda
8. NM. Rangga Wiratama
9. Rd. Rangga Nitinagara
10. NM. Rangga Pamade
11. NM. Dipati Oekoer

Isteri ke 2: Ratoe Harisbaya, anak Pangeran Adipati Katawengan.
13. Raden Aria Suriadiwangsa II Rangga Gempol I KOESOEMADINATA, III
14. Pangeran Tmg. Tegal Kalong

Isteri ke 3 : Ratoe NM. Pasarean, anak Sunan Munding Saringsingan, 
15. NM. Dmg. Tjipakoe

Prabu Geusan Ulun merupakan raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, karena selanjutnya menjadi bagian Mataram dan pangkat raja turun menjadi adipati (Bupati).


Silsilah Bupati Sumedang 

Bupati Sumedang ke 1 / Wedana Bupati Priangan I (1620 – 1624), Pangeran Rangga Gempol I. mempunyai 5 orang anak yaitu :
1. Rd. Kartadjiwa
2. Rd. Mangoenrana
3. Rd. Tampangkil
4. NR. Soemalintang
5. NR. Noestawijah

Bupati Sumedang Ke 2 Tahun 1620 – 1624, Pangeran Rangga Gede KOESOEMADINATA IV (*).
Pangeran Rangga Gede KOESOEMADINATA IV mempunyai 29 orang anak yaitu :
1. Dlm. Aria Bandajoeda
2. Dlm. Djajoeda
3. Dlm. Wargaita
4. Dlm. Wangsasoebaja
5. Raden Bagus Weruh/Dlm. Rangga Gempol II
6. Dlm. Loerah
7. Rd. Singamanggala
8. Ki Wangsaparamadja
9. Ki Wiratama
10. Ki Wangsaparadja
11. Ki Djasinga
12. Ki Wangsasabadra
13. Kiyahi Anggatanoe
14. Ki Martabaja
15. NM. Anggadasta
16. NM. Nataparana
17. NM. Arjapawenang
18. NM. Martarana
19. NM. Djagasatroe
20. NM. Wargakarti
21. NM. Bajoen
22. NM. Wangsapatra
23. NM. Warga Komara
24. NM. Joedantaka
25. NM. Toean Soekadana .
26. NM. Oetama
27. NM. Kawangsa
28. NM. Wirakarti
29. NR. Nalawangsa .

Bupati Sumedang ke 3, Raden Bagus Weruh/Dlm. Rangga Gempol II  (*)
Dikaruniai 29 Putra putri :
1. Rd. Wirakara
2. Pangeran Panembahan/Rangga Gempol III
3. Rd. Bagoes
4. Rd. Wanggamanggala
5. Rd. Tanoesoeta
6. Rd. Martajoeda
7. Rd. Soetaningdita
8. Kiai Moegopar
9. Kiai Kiras
10. Kiai Soetaredja
11. Rd. Tanoeraga
12. Rd. Martaparana
13. Rd. Ardoewangsa
14. Rd. Tanoeredja
15. Rd. Wangsasoeta
16. Rd. Dipa
17. Rd. Patradipa
18. Rd. Soetabadra
19. Rd. Koesoemaardja
20. Rd. Mekas
21. Rd. Ngb. Sedakerti
22. Rd. Ngabeni
23. Rd. Santaparadja
24. Rd. Pani
25. NM. Djapar
26. NM. Arja Pawenang
27. NM. Kanten
28. NM. Ajoemajar
29. NM. Ajoe

Bupati Sumedang ke 4 Tahun 1656 - 1706, Pangeran Panembahan/Rangga Gempol III (*)
Isteri : NRA. Sepoeh, anak Dlm. Panengan, dikaruniai 21 putra putri :
1. Dlm. Adipati Tanoemadja
2. Rd. Soetanata I
3. Rd. Radjasoeta
4. Rd. Soetadjaja
5. Rd. Astradjaja
6. Rd. Astranata
7. Rd. Tjandradinata
8. Rd. Soetatjandra
9. Rd. Radjataroena
10. Rd. Natawiria
11. Rd. Moetaram
12. Rd. Soerawidjaja
13. NR. Halipah
14. NR. Tjandrapojang
15. NR. Goemarang
16. NR. Kartadipa
17. NR. Panggoeng
18. NR. Astrakoesoemah
19. NR. Kartapoera
20. NR. Dipawangsa
21. Rd. Kartadjiwa

Bupati Sumedang ke 5 Tahun 1706–1709, Dlm. Adipati Tanoemadja (*)
Dikaruniai 8 putra putri :
1. Pangeran Karoehoen KOESOEMADINATA, VI (*)
2. Rd. Nitinagara
3. Rd. Dawi
4. Rd. Soeramanggala
5. Rd. Batawi
6. NR. Lengkapoera
7. NRA. Widjaksari
8. NR. Asmarawoelan
9. NRA. Radjanagara

Suami : Ki Dlm. Rd. Rangga Wangsadita dikaruniai 13 putra putri :
1. Kd. Adipati Soerianagara
2. Kd. Rangga Wangsadireja
3. Kd. Surapraja
4. Rd. Aria Wiradireja
5. Kd. Adipati Wangsareja
6. Rd. Aria H. Kusumah
7. RM. Aria Tjakrayuda
8. RM. Natapraja
9. NRA. Natakaraton
10. NR. Ratnanagara
11. NR. Rajakaraton
12. NRA. Siti Gede
13. Dlm. Rangga Bungsu

Bupati Sumedang ke 6 Tahun 1709 – 1744, Pangeran Karoehoen Rangga Gempol IV KOESOEMADINATA, VI (*)
Dikaruniai 21 putra-putri :
1. Dlm. Istri Radjaningrat
2. Rd. Dipakoesoemah
3. Rd. Poespanata
4. Rd. Aria Bandajoeda
5. Rd. Anggataroena
6. Rd. Anggakara
7. Rd. Natakoesoemah
8. Rd. Dipamanggala
9. Rd. Tanoeresa
10. Rd. Alimoedin
11. Rd. Mantrianagara
12. NR. Moeljakoesoemah
13. NR. Lengka
14. NR. Panganten
15. NR. Antrakoesoemah
16. NR. Ratnamoelia
17. NR. Soemakaraton
18. NR. Djoemi
19. NR. Indra
20. NR. Nata
21. NR. Toekon

Bupati Sumedang ke 7 Tahun 1744 – 1759, Dalem. Istri Radjaningrat  (*)
Suami : Kd. Adipati Soerianagara putra NRA. Radjanagara & Ki Dlm. Rd Rangga Wangsadita
Dikaruniai 6 putra putri :
1. Dlm. Rd. Anom KOESOEMAHDINATA
2. Dlm. Rd. Soerianagara II
3. Dlm. Rd. Soerialaga
4. RA. Banonagara
5. NR. Radjainten
6. NR. Enang

Bupati Sumedang ke 8, Dlm. Rd. Anom KOESOEMAHDINATA
Tidak dikaruniai putra putri


Bupati Sumedang ke 9 Tahun 1761 - 1765, Dlm. Rd. Soerianagara II

Istri : NM. Nagakasih, dikaruniai 4 putra putri :
1. Pangeran Kornel KOESOEMADINATA, VII
2. RA. Jogjanagara
3. NR. Sarianagara
4. NR. Bandinagara

Bupati Sumedang ke 10 Tahun 1765 – 1773, Dlm. Rd. Soerialaga
Dikaruniai 6 putra putri :
1. Rd. Soeriadinata
2. Rd. Soeradipradja
3. Rd. Sawon
4. Dlm. Rd. Soeriadilaga II
5. Rd. Sekarwiredja
6. NR. Moeljanagara

Bupati Sumedang ke 14, Pangeran Kornel KOESOEMADINATA, VII
Isteri : Raden Ayu Lenggakusumah dikaruniai 4 orang putra :
1. Dlm. Adipati Adiwidjaja
2. Dlm. Adipati Ageung KOESOEMAJOEDA
3. RA. Radjaningrat
4. RA. Radjanagara

Bupati Limbangan / Garut 1 Dlm. Adipati Adiwidjaja
Dikaruniai 9 putra putri :
1. RAA. Dlm. Alit KOESOEMAHDINATA
2. Dmg. Adiwidjaja
3. Rd. Adikoesoemah
4. Rd. Soeriabrata
5. Rd. Hasim
6. NR. Lenggangmantri
7. NR. Banonagara
8. Rd. Koesoemamantri
9. NR. Radjapoetri

Bupati Sumedang ke 15 Tahun 1828 – 1833, Dlm. Adipati Ageung KOESOEMAJOEDA (*)
Isteri : NM. Samidjah, dikaruniai 9 putra putri :
1. Pangeran Soegih Soeria KOESOEMAH ADINATA
2. Rd. Koesoemajoeda
3. Rd. H. Moestapa
4. NR. Siti Marian
5. NR. Lenggang Nagara
6. NR. Koesoemaningroem
7. NR. Moenigar
8. NR. Radjaningroem
9. NR. Jogjanagara

Bupati Sumedang ke 16  Tahun 1833 – 1834, RAA. Dlm. Alit KOESOEMAHDINATA
Dikaruniai 2 orang putra :.
1. RA. Radjapoernama KOESOEMAHDINATA .
2. RA. Radjanagara KOESOEMAHDINATA

Bupati Sumedang ke 17 - Tahun 1834 – 1836, Dlm. Tmg. Sindangradja SOERIADILAGA
Dikaruniai 16 putra putri :
1. NR. Tedjamirah SOERIADILAGA .
2. NR. Perbatamirah SOERIADILAGA .
3. Rd. Tisnakoesoemah SOERIADILAGA .
4. Rd. Hasan SOERIADILAGA
5. Rd. Brangtanagara SOERIADILAGA
6. Rd. Padmanagara SOERIADILAGA
7. NR. Modjanagara SOERIADILAGA
8. Rd. Soerialogawa SOERIADILAGA
9. NR. Domas Atisah SOERIADILAGA
10. Rd. Wangsanagara SOERIADILAGA
11. NR. Moertihawa SOERIADILAGA
12. NR. Soekaeni SOERIADILAGA
13. Rd. Hambali Soeriadiningrat SOERIADILAGA
14. Rd. Soemadilaga SOERIADILAGA
15. Rd. Adikoesoemah SOERIADILAGA
16 N.R. Nawangsih SOERIADILAGA

Bupati Sumedang 18  Tahun 1836 – 1882, Pangeran Soegih Soeria KOESOEMAH ADINATA (*)

Dari 31 orang istri dikaruniai 94 putra putri :

Isteri Ke 1 : NR. Bodedar
1. Rd. Dmg. Jahja Somanagara KOESOEMAH ADINATA

Isteri Ke 2: NRA. Radjapamerat, anak RAA. Wiranatakusumah III (*)
2. NRA. Radjaningrat KOESOEMAH ADINATA
3. NR. Hendranagara KOESOEMAH ADINATA
4. Rd. Oemoer KOESOEMAH ADINATA
5. Rd. Moestambi KOESOEMAH ADINATA
6. Rd. Rangga Soerialaga KOESOEMAH ADINATA (*)
7. NR. Radjapermas KOESOEMAH ADINATA
8. Rd. Somadiningrat KOESOEMAH ADINATA
9. NRA. Sangkaningrat KOESOEMAH ADINATA .

Isteri Ke 3: NRA. Ratnaningrat
10. NRA. Radjaretnadi KOESOEMAH ADINATA
11. Pangeran Mekah Soeriaatmadja KOESOEMAH ADINATA
12. NR. Radjapermana KOESOEMAH ADINATA
13. NR. Banoningrat KOESOEMAH ADINATA
14. Rd. Soemawilaga KOESOEMAH ADINATA

Isteri Ke 4 : NRA. Moestikaningrat
15. NR. Emas KOESOEMAH ADINATA
16. NR. Radjakomala KOESOEMAH ADINATA
17. Rd. Pandji Soeriakoesoemah KOESOEMAH ADINATA
18. Rd. Soemintraatmadja KOESOEMAH ADINATA
19. NRA. Lasminingrat KOESOEMAH ADINATA
20. NRA. Moertiningrat KOESOEMAH ADINATA
21. Rd. Widjajasoeria KOESOEMAH ADINATA
22. RAA. Soerianatabrata KOESOEMAH ADINATA
23. Rd. Gandakoesoemah KOESOEMAH ADINATA
24. Rd. Koesoemajoeda KOESOEMAH ADINATA
25. NRA. Kantjananingrat KOESOEMAH ADINATA
26. Rd. Soeriagoenawan KOESOEMAH ADINATA
27. RAA. Dlm. Bintang Koesoemadilaga KOESOEMAH ADINATA
28. Rd. Goerdi Koesoemawinata KOESOEMAH ADINATA .

Isteri Ke 5 : Nyi Emas Sanidjah
29. Rd. Abdoerachman KOESOEMAH ADINATA

Isteri Ke 6 : Nyi Emas Lantri
30. NR. Koesoemanagara KOESOEMAH ADINATA
31. Rd. Prawirakoesoemah KOESOEMAH ADINATA
32. Rd. Raebah KOESOEMAH ADINATA

Isteri Ke 7 : Nyi Emas Asmajawati
33. Rd. Najaningrat KOESOEMAH ADINATA
34. Rd. Hoesen Wirantaredja KOESOEMAH ADINATA
35. Rd. H. Mochamad Oesman KOESOEMAH ADINATA
36. Rd. H. Mochamad Ali KOESOEMAH ADINATA
37. NR. Hj. Siti Hadidjah KOESOEMAH ADINATA

Isteri Ke 8 : Nyi Emas Ganda
38. Nyi Oerminah Lenggangnagara KOESOEMAH ADINATA
39. Rd. Moestari KOESOEMAH ADINATA .
40. NR. Siti Patimah Perbata KOESOEMAH ADINATA
41. Rd. H. Mochamad Idris KOESOEMAH ADINATA
42. Rd. Natadiredja KOESOEMAH ADINATA
43. Rd. Iljas KOESOEMAH ADINATA
44. Rd. Rangga Natanagara KOESOEMAH ADINATA
45. Rd. Joesoef KOESOEMAH ADINATA

Isteri Ke 9 : Nyi Emas Angginah
46. Rd. Wirakoesoemah KOESOEMAH ADINATA

Isteri Ke : Nyi Arsa
47. Rd. Adikoesoemah KOESOEMAH ADINATA
48. NR. Doerias Hawa KOESOEMAH ADINATA
49. Rd. Enoch KOESOEMAH ADINATA
50. Rd. Said KOESOEMAH ADINATA .

Isteri Ke 11: NR. Dewi Mirah
51. Rd. Oemar Nataatmadja KOESOEMAH ADINATA
52. NR. Moertikah Komala KOESOEMAH ADINATA
53. Rd. Sodja KOESOEMAH ADINATA
54. Rd. H. Soelaeman KOESOEMAH ADINATA
55. NR. Oeti Modjanagara KOESOEMAH ADINATA
56. Rd. Ismail Wiraatmadja KOESOEMAH ADINATA

Isteri 12 : Nyi Ambara
57. Rd. H. Hambali KOESOEMAH ADINATA .
58. NR. Soewedah Sarianingrat KOESOEMAH ADINATA
59. Rd. H. Jasin Roebai KOESOEMAH ADINATA

Isteri 13 : NR. Moetiaresmi
60. Rd. Harmaen KOESOEMAH ADINATA
61. NR. Oepinah KOESOEMAH ADINATA

Isteri 14 : NM. Modja Habibah
62. Rd. Rangga Wirapoetra KOESOEMAH ADINATA .

Isteri 15 : NM. Andi Moelja
63 NR. Moertinah KOESOEMAH ADINATA
64. Rd. Anhar KOESOEMAH ADINATA
65. Rd. Prawiradiredja KOESOEMAH ADINATA
66. Rd. Karnaen KOESOEMAH ADINATA
67. NRA. Radjaningrat KOESOEMAH ADINATA
68. Rd. Mochamad Pesta KOESOEMAH ADINATA
69. Rd. Mochamad Lajeng KOESOEMAH ADINATA
70. NR. Koernasih KOESOEMAH ADINATA

Isteri 16 : NM. Olem
71. NR. Salamah Ratnanagara KOESOEMAH ADINATA

Isteri 17 : NM. Andi Eundeut
72. NR. Tedjaningroem Kalsoem KOESOEMAH ADINATA

Isteri 18 : NM. Denta
73. NR. Empat Ratnakaraton KOESOEMAH ADINATA .
74. NR. Kiol Poerbanagara KOESOEMAH ADINATA .

Isteri 19 : NR. Ningroem
75. NR. Lenggang Mantri KOESOEMAH ADINATA
76. Rd. Aboebakar Nitanagara KOESOEMAH ADINATA

Isteri 20 : Nyi Mursiah
77. NR. Kotjoh Ratnakoesoema KOESOEMAH ADINATA

Isteri 21 : NM. Ningsih
78. NR. Oerian Domas KOESOEMAH ADINATA

Isteri 22 : Nyi Soekaenah KAMOEDA.
79. Rd. Abdoel KOESOEMAH ADINATA . (-)
80. NR. Djoele Komarainten KOESOEMAH ADINATA

Isteri 23 : Nyi Mantria
81. NR. Koesoemaningroem KOESOEMAH ADINATA

Isteri 24 : Nyi Dewi
82. NR. Enot Komala Inten KOESOEMAH ADINATA
83. NR. Oehe KOESOEMAH ADINATA
84. NR. Ebah KOESOEMAH ADINATA
85. Rd. Kasmiri KOESOEMAH ADINATA

Isteri 25 : NM. Djoewisah
86. Rd. Wangsasoebaja KOESOEMAH ADINATA .
87. NR. Ratnamirah KOESOEMAH ADINATA .
88. NR. Armoenah KOESOEMAH ADINATA .

Isteri 26 : NM. Naga
89. Rd. Atma Djajakoesoemah KOESOEMAH ADINATA .

Isteri 27 : NM. Soepi
90. Rd. Hasan KOESOEMAH ADINATA
91. Rd. Abas KOESOEMAH ADINATA

Isteri 29: NM. Ikoek
92. Rd. Sabirin KOESOEMAH ADINATA

Isteri 30 : NM. Moertidjah
93. Rd. Djenal Haroen KOESOEMAH ADINATA

Isteri 31 : Nyi Enoer
94. Rd. Sadikin KOESOEMAH ADINATA


Bupati Sumedang ke 19 Tahun 1882 – 1919, Pangeran Mekah Aria Soeriaatmadja KOESOEMAH ADINATA
Isteri : NRA. Radjaningroem dikaruniai seorang putri :
NR. Jogjainten SOERIAATMADJA

Bupati Sumedang ke 20 Tahun 1919 – 1937, RAA. Koesoemadilaga KOESOEMAH ADINATA (Dalem Bintang) :
Isteri 1 : NRA. Ratnakantjana.
Isteri 2 : NR. Kanimah
1. NR. Joopi Soepinah KOESOEMADILAGA
2. NR. Jetty Soepiah KOESOEMADILAGA

Bupati Sumedang ke 21 Tahun 1937-1946, Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria. 1937 – 1946

Bupati Sumedang ke 22 Tahun 1946-1947, Rd. Tmg. Hasan Soeria SATJAKOESOEMAH

Putri dari istri ke 2 NRA. Radjapomerat anak RAA. Wiranatakusumah III : NR. Radjapermas KOESOEMAH ADINATA bersuami: Rd. Dmg. Adiwidjaja dikaruniai putri NR. Radjakandana ADIWIDJAJA bersuami Rd. Satjakoesoemah berputra : Rd. Tmg. Hasan Soeria SATJAKOESOEMAH menjadi Bupati Sumedang Tahun 1946-1947 dan Bupati Karawang Tahun 1949-1950.

Bupati Sumedang ke 23 Tahun 1946-1947, Rd. Tmg. Mohamad Singer WIRANATAKOESOEMAH

Putri terakhir (ke-81) Pangeran Soegih Soeria KOESOEMAH ADINATA. NR. Koesoemaningroem KOESOEMAH ADINATA bersuami Rd. Wiranatakoesoemah putra ke 3 bernama : Rd. Tmg. Mohamad Singer WIRANATAKOESOEMAH diangkat menjadi bupati Sumedang ke 24.

DAFTAR BUPATI SUMEDANG SELENGKAPNYA :
1. Pangeran Soeriadiwangsa (Rangga Gempol I) 1601 – 1625
2. Pangeran Rangga Gede (Kusumahdinata IV) 1625 – 1633
3. Raden Bagus Weruh  (Rangga Gempol II) 1633 – 1656
4. Pangeran Panembahan (Rangga Gempol III) 1656 – 1706
5. Dalem Adipati Tanumadja. 1706 – 1709
6. Pangeran Karuhun (Rangga Gempol IV) 1709 – 1744
7. Dalem Istri Rajaningrat 1744 – 1759
8. Dalem Adipati  Kusumadinaa VIII (Dalem Anom) 1759 - 1761
9. Dalem Adipati Surianagara II 1761 - 1765
10. Dalem Adipati Surialaga 1765 – 1773

MASA BUPATI PENYELANG / SEMENTARA
11. Dalem Adipati Tanubaya, 1773 – 1775
12. Dalem Adipati Patrakusumah, 1775 – 1789
13. Dalem Aria Sacapati (Sacapati III), 1789 – 1791

PEMERINTAHAN BELANDA
Merupakan Bupati Keturunan Langsung leluhur Sumedang
14. Pangeran Kornel (Rd. Asep Jamoe) / Kusumadinata IX  1791 – 1828
15. Dalem Adipati Koesoemajoeda  (Dalem Ageung) 1828 – 1833
16. Dalem Adipati Kusumadinata X (Dalem Alit) 1833 – 1834
17. Tumenggung Soeriadilaga / Dalem Sindangraja 1834 – 1836
18. Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Sugih 1836 – 1882
19. Pangeran Aria Suriaatmadja / Pangeran Mekkah 1882 – 1919
20. Dalem Adipati Aria Kusumadilaga / Dalem Bintang 1919 – 1937
21. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria 1937 – 1946

MASA REPUBLIK INDONESIA
22. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria 1945 – 1946
23. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1946 – 1947
24. R. Tumenggung Mohammad Singer. 1947 – 1949
25. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1949 – 1950

Bupati yang memimpin Sumedang sampai tahun 1949 merupakan keturunan langsung dari Prabu Geusan Ulun (lihat masa pemerintahan) tetapi pada tahun 1773 – 1791 yang menjadi Bupati Sumedang adalah Bupati penyelang / sementara dari Parakan Muncang. Menggantikan putra Bupati Surianagara II yang belum menginjak dewasa Rd. Djamu atau terkenal sebagai pangeran Kornel.

Ditulis Oleh :
Dedi Endang Kusmayadi Somaatmadja, Kamatren Kebudayaan Keraton Sumedang Larang, SK No, 001 / SK MHPTH / KSL / VII / 2019.

Referensi :
• Sumedang Larang (wikipedia, 17 Maret 2010).
• Buku Layang Darmaraja
• Sejarah singkat Kabupaten Sumedang – sumedang.go.id – Pemda Sumedang, 17 Mei 2010.
• Rintisan masa silam sejarah Jawa Barat – Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Tjetjep Permana, SH dkk. 1983 – 1984.
• Bupati Di Priangan – dan Kajian Lainnya mengenai Budaya Sunda, Pusat Studi Sunda 2004.
• Sejarah Jawa Barat, Yoseph Iskandar – Geger Sunten Bandung 2005.
• Bupati Di Priangan, Kedudukan dan Peranannya pada Abad ke-17 – Abad ke 19, A. Sobana Hardjasaputra, dalam buku : Bupati di Priangan – dan Kajian lainnya mengenai Budaya Sunda (Seri Sunda Lana), Pusat Studi Sunda, Bandung – 2004.
• Sejarah singkat Kabupaten Sumedang, sumedang.go.id – Pemda Sumedang, 17 Mei 2010.
• Sumedang dari masa kemasa : sumedanglarang. blogspot.com, 16 Mei 2010.
• Bupati Di Priangan, Kedudukan dan Peranannya pada Abad ke-17 – Abad ke 19, A. Sobana Hardjasaputra, dalam buku : Bupati di Priangan – dan Kajian lainnya mengenai Budaya Sunda (Seri Sunda Lana), Pusat Studi Sunda, Bandung – 2004.
• Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten 1522 – 1684. Kajian Arkeologi Ekonomi, Heriyanti Ongkodharma Untoro, Fakultas Ilmu Pengerahuan Budaya, Jakarta – 2007.
• Rintisan penelusuran masa silam Sejarah Jawa Barat – Proyek Penerbitan Sejarah Jawa Barat Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Tjetjep Permana, SH dkk, 1983 – 1984.
• Wawancara.

Bacaan lainnya :
3. http://sumedanglarang.blogspot.com/2008/03/sumedang-dari-masa-ke-masa.html - (Ayahnya: Pangeran Muhammad Pelakaran), Ibunya: Nyi Armilah) 
8. http://id.rodovid.org/wk/Orang:860518 (Pangeran Geusam Ulun)
9. http://id.rodovid.org/wk/Orang:860565 (Pangeran Rangga Gempol I / Kusumadinata III / Pangeran Aria Soeriadiwangsa)
10. http://id.rodovid.org/wk/Orang:860525 (Pangeran Rangga Gede / Kusumadinata IV)


Posting Komentar

5 Komentar

  1. Assalamu'alaikum, kalau saya ingin mencoba menghubungi kang Dedi, bagaimana ya?

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum,

    Saya sedang mencari silsilah keatas dari salah satu aki Uyut kami yg bernama Rd Nusamarta Kusumah, yang memiliki putera, salah satunya bernama Rd Amartakusumah. Wallahu A'lam Bissawab. Aamiin ya Rabb.

    Wassalamu alaikum

    BalasHapus
  3. Kangge pengetahuan sejarah sumedang mah aya saena, ngan hanyakal na seueur tulisan nu teu runut alias aclog-aclogan.
    Tapi sakitu ge haturnuhun tos nambihan elmu...

    BalasHapus
  4. Alhamdulillaah...hatur nuhun tarikhnya, mung abdi penasaran ku silsilah keturunan abdi anu saur sepuh teh nu di datana mung dugi ka pun nini,,jenengan Rasti bin Asji duka kaluhurna tcan mendakan..manawi aya nu uninga....hatur nuhun...Assalaamu 'alaikum

    BalasHapus